PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA
ABBASIYAH
Pada
masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai masa keemasannya.
Akademi-akademi yang mirip Universitas modern didirikan di Baghdad, Mosul,
Basrah, Nishapur, dan Khurasan. Pusat-pusat pendidikan lainnya berkembang dari
semenanjung Iberia sampai India barat laut.
Pendidikan
pada masa Dinasti Abbasiyah kebanyakan masih menfokuskan diri terhadap kajian
keagamaan, seperti hokum Islam dan tafsir. Sebagian besar buku-buku Yunani
diterjemahkan ke bahasa Arab melalui bahasa Syiria atau Aramaik. Penerjemahan
berlangsung dengan sangat lancer karena kosa kata bahasa Arab yang sangat
fleksibel mempermudah para penerjemah untuk mencatat padanan kata yang sesuai
dengan maksud sang penulis.
Periode
terbesar kemajuan ilmu pengetahuan islam terjadi pada abad ke-10 dan ke-11 M.
meskipun demikian dasar-dasar ilmu pengetahuan sesungguhnya telah diletakkan
oleh generasi-generasi sebelumnya, yaitu pada periode awal dinasti Abbasiyah saat
penguasa-penguasa Bani Abbas masih memiliki kekuasaan yang melimpah.
Salah
satu factor yang mendorong cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
islam adalah ditemukannya teknologi pembuatan kertas. Penemuan ini memberikan
dampat yang sangat besar pada penyebaran ilmu pengetahuan. Teknologi ini
kemudian segera diikuti oleh munculnya percetakan.
Perkembangan
pengetahuan kimia menyebabkan ditemukannya
bahan celup tekstil, tinta pada keramik, dan campuran logam dekoratif
yang digunakan dalam pembuatan barang-barang logam. Sementara itu, dalam bidang
matematika, orang islam berhasil menenukan angka nol.
Aljabar
atau yang dalam bahasa Arab disebut al-jabr (perbaikan terhadap ilmu
ukur geometri), trigonometri analitis, dan trigonometri bola adalah penemuan
baru oleh ilmuan-ilmuan islam.
Karya
terlengkap yang membahas tentang aljabar adalah kita al- jabr wa al-muqabalah
yang ditulis oleh al-Khawarizmi. Karya ini ditulis pada seperempat pertama abad
ke-9 M dan dianggap sebagai karya paling terkemuka dalam sejarah perkembangan
ilmu matematika.
Pada
paruh abad kedua ke-9 M, Ilmuwan arab Qusta bin Luqa al-Ba’labakki
menerjemahkan tujuh buku aritmatika karya Diophantus untuk kali pertama ke
dalam bahasa arab.
Selain
itu, ketertarikan yang mendalam terhadap cahaya dan ilmu optic membawa para
ilmuwan islam untuk menghitung ketebalan atmosfer bumi dengan ketepatan yang
sangat menakjubkan. Pada ilmuwan islam telah menginterpretasikan bahwa system
tata surya berpusat pada matahari, bukan pada bumi,. Pendapat ini bahkan telah
dinyatakan oleh beberapa ilmuwan islam jauh sebelum itu.
Perkembangan
teknoologi pada masa Abbasiyah memberikan kontribusi signifikan pada
kesejahteraan masyarakat islam pada abad pertengahan. Mesin dan teknologi yang
ditemukan berhasil meningkatkan produksi barang jadi sperti tekstil dn lain
sebagainya.
Pada
abad ke-9 dan Ibnu ar-Razzaz al-jazari sekitar tahun 1200 M. Karya-karya ini
menjelaskan beberapa bentuk mekanik dan masih otomatis serta memuat
diagram-diagram yang mengilustrasikan bagaimana bagian-bagian tersebut
beroperasi. Sebagian mesin-mesin yang dibuat memiliki fungsi yang jelas dan
didesain untuk kebutuhan social dan umum, seperti mesin penimba air.
Karya
al-Jazari tentang automata merupakan buku pegangan mesin mekanis pertama yang menyediakan
informasi lengkap tentang konstruksi mesin. Dalam buku ini juga dibuat
ilustrasi secara artistic bagaimana mesin-mesin tersebut bekerja.
Dalam
bidang kedokteran, aktivitas penelitian meningkat secara dramatis di masa
kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para khalifah memperkerjakan dokter-dokter
Nestorian dari Gandishapur. Salah satunya adalah keluarga Baktishu, yang
merupakan dokter terkenal hingga abad ke-11 M. selain itu, penerjemahan teks
medis pun telah muncul sejak abad ke-9 M.
makasi artikelnya sangat membantu
ردحذفMan ana man ana man ana lau lakum
ردحذفشكرن
ردحذف