ISLAM DI PRANCIS
Kajian sosiologi dan demografis menyatakan
bahwa, Eropa tidak bersentuhan dengan Islam kecuali hanya baru-baru ini saja.
Akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad.Islam
hadir di benua Eropa sejak pertama kali Islam datang melalui perdagangan dan
diplomasi. Sejarah kedatangan kaum muslimin ini dapat ditelusuri dalam empat fase,
yaitu; periode pertama, periode kekhalifaan Islam di Spanyol, pulau
Mediterrania, kantong-kantong kecil di Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia
Selatan.[1]
Periode ini berakhir dengan dikalahkannya bangsa norman di Sicilia dan Italia
Selatan pada abad ke 11 serta tuntasnya penaklukan kembali Spanyol dengan
direbutnya Granada oleh penguasa Kristen pada tahun 1492. Yang ditinggalkan
dari masa tersebut adalah khazanah intelektual dan kultural Eropa. Periode
kedua berkaitan dengan penyerbuan tentara Mongol paa abad ke 13. Setelah
pertemuan dengan kaum muslimin berlangsung, beberapa generasi penguasa Mongol
masuk Islam. Periode ketiga adalah periode ekspansi kekhalifahan Turki Usmani
ke wilayah Balkan dan Eropa tengah pada abad ke 14 dan ke 15. Salah satu peninggalan
yang terbesar adalah orang Turki yang hingga saat ini masih aktif dalam
melakukan Islamisasi baik bagi penduduk wilayah tersebut, hingga Albania
menjadi negara dan penduduk mayoritas muslim hingga saat ini dan beberapa
kelompok etnis Slavia, Bosnia Hercegovina, dan beberapa bagian negara Bulgaria.
Periode keempat adalah periode kedatangan kaum muslimin di Eropa Barat. Periode
ini merupakan migrasi kaum muslimin dalam jumlah besar terutama ke Prancis,
Jerman , Inggris setelah perang dunia kedua. Inilah kemudian yang disebut
dengan komunitas muslim baru di Eropa.
Komunitas-komunitas muslim yang sekarang hidup
di Eropa dapat dibagi dalam dua kategori. Pertama, Komunitas yang bertahan
hidup dengan kejatuhan imperium Usmani, terkonsentrasi di Eropa Timur. Kedua,
komunitas yang berimigrasi karena kolonisasi Eropa masa lalu di negeri-negeri
muslim, terkonsentrasi di Eropa Barat. Salah satu negara besar Eropa yang
mengalami kemajuan dalam perkembangan Islam dewasa ini adalah prancis.
Masuknya Islam Di Prancis
Perkenalan Prancis dengan
Islam sudah berlangsung lama, pada abad X Islam mencoba memperluas daerah
kekuasaannya, tetapi gagal sebab di abad pertengahan ini, Islam sibuk
menghadapi perang salib dan akhirnya mereka meninggalkan Prancis. Demikian pula Prancis pernah menjajah
negeri-negeri Islam seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, Senegal, Mali dan
libanon. Bahkan Prancis pernah menjadikan Aljazair sebagai salah satu
provinsinya.[2]
Selanjutnya bangsa Prancis pernah menginjakkan kakinya di Mesir di saat Napoleon
menaklukan Mesir pada tahun 1798. Penaklukan ini sudah lama diinginkan oleh
Raja Louis XIV untuk memudahkan jalur perdagangan melalui Laut Merah dan Laut
Tengah menuju ke Timur dan ke India.
Masuknya Islam di Prancis ini menjadi
signifikan bersamaan dengan kolonialisasi Prancis di Afrika Utara yang dimulai
ada tahun 1830. Para pedagang dikenal dengan istilah turcos datang dari
Aljazair setelah tahun 1850, menyusul kemudian imigran Maroko yang bekerja di
dermaga Merseilles, kontruksi pembangunan kota Paris dan di sektor pertambangan
di prancis bagian selatan.
Sesudah perang dunia I, Prancis sangat
kekurangan tenaga kerja dan untuk mengejar kekurangan ini imigrasi orang-orang
Aljazair pun didorong. Pada tahun 1924 penduduk muslim mencapai 120.000 orang.
Imigrasi muslim ke Prancis ada kecenderungan naik setelah perang dunia II,
dengan penduduk muslim mencapai 240.000 pada tahun 1950.[3]
Pada awal abad XX, gelombang pekerja
berdatangan lagi ke Prancis, utamanya setelah Aljazair merdeka tahun 1962.
Pekerja itu terdiri atas warga Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Pada tahun 1974
pemerinta Prancis mengeluarkan
deregulasi tentang bolehnya membawa istri dan keluarga bagi para pekerja
tersebut. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah orang- orang Islam
bertambah dan semakin plural. Hal ini ditandai dengan hadirnya pendatang Turki,
Afrika, Timur tengah, Asia Barat dan Asia Tengah. Disamping pekerja, masuk pula
para pelajar, intelektual dan profesional muslim di prancis ini yang
menyebabkan islam secara perlahan namun pasti mengalami perkembangan dan
pertambahan hingga Islam menjadi agama kedua di prancis setelah kristen.
Perkembangan Islam di
Prancis
Secara kelembagaan,Islam
dan Kristen memiliki hubungan yang cukup harmonis Prancis merupakan Negara
barat dimana sebuah kantor untuk hubungan Islam dibuat oleh gereja Katolik pada
tahun 1973 dan dibentuk komisi Islam–Gereja Katolik yang kemudian diikuti oleh
Protestan. Perkembangan ilmu keislaman salah satu ilmu keislaman yang
berkembang di Prancis adalah bahasa arab.Bahasa Arab sebagai bahasa Alquran
berkembang seirama dengan perkembangan Islam. Lembaga
yang bernama Guillume Postel di College de France, didirikan tahun 1539
merupakan sebuah lembaga yang begitu concern dengan pembelajaran bahasa Arab,
budaya dan sastra timur.[4]
Professor pertama yang dinominasikan mengajar bahasa Arab di Universtas ini
adalah Sylvestre aktifitas sosial dan
keagamaan.
Ø Aktifitas Sosial
Pada mulanya Islam di Prancis begitu identik
dengan tempat kerja seperti pabrik dan asrama serta tampak menjadi komunitas
tidak menetap (berpindah – pindah) sesuai dengan situasi dan kondisi. Akan
tetapi sejak tahun 1974 ketika kebijakan reuninfikasi famili dikeluarkan
pemerintahan mereka tampak stabil dan eksistensi mereka begitu signifikan di
berbagai sector riil seperti proyek perumahan, sekolah dan penataan
kota.Terlebih lagi bagi pekerja imigran, keberadaan suami/istri dan anak-anak
membuang ide mereka jauh-jauh untuk kembali ke tanah kelahiran.Hanya saja irama
dan ritme kehidupan sehari-hari tanpa semakin kompetitif dan terkadang diisi
dengan konflik dalam masyarakat yang kurang begitu ramah menyambut kedatangan
mereka.Norma dan nilai kehidupan begitu sulit dimengerti di dalam populasi yang
begitu ramah meyambut keberadaan mereka. Norma dan nilai kehidupan begitu
musykil (sulit dimengerti) di dalam populasi yang begitu plural semacam ini.
Identitas muslim sebagai identitas budaya merupakan salah satu tumbuhnya
sintemen tersebut. Kondisi semacam ini berakhir pada tahun 1970 dengan
dibukanya sarana ibadah diberbagai tempat seperti di pabrik Renaul Bilancourt,
ditambah pula dengan adanya mogok kerja pekerja yang dilakukan pada tahun
1982-1983, Islam kembali menjadi faktor yang diperhitungkan, sebab mayoritas
pekerja adalah muslim. Pada saat yang bersamaan komunitas muslim juga berperan
aktif dalam berbagai kegiatan sektor termasuk sektor perdagangan. Komoditi
berlabel halal tidak sulit ditemukan di toko-toko. Sementara sarana ibadah
semakin bertambah. Penelitian resmi menyebutkan ada 1.035 sarana ibadah
menjelang tahun 1989, sementara tahu 1983 hanya mencapai 255 buah. Itu berarti
ada penambahan sebanyak 780 buah sarana ibadah dalam rentang waktu 6 tahun. Di
samping itu bukan pemandangan yang asing lagi bila di jalan ditemukan wanita
yang berjilbab.[5]
Ø Aktifitas Keagamaan
Lahirnya undang- undang 3 oktober 1981 tentang
hak berserikat dan berkumpul memberikan angin segar bagi masyarakat muslim.
Negara menjamin kebebasan memeluk dan menjalankan syariat agama masing- masing
pemeluknya. Prancis menerapkan konsep sekularisme. Dan inilah kemudian
menumbuhkan spirit munculnya organisasi- organisasi Islam diseluruh Prancis
yang menjadi bagian dinamika dari gerakan dakwah. Organisasi masyarakat muslim
ini dapat dikelompokan menjadi dua yaitu organisasi kebudayaan dan keagamaan.Organisasi
keagamaan bercirikan visi dan misi keagamaan yang dilengkapi dengan gedung dan
penandaan. Slogan “seiman dan seagama” menjadi jargon mereka dalam menghidupi
organisasi ini. Dengan memperkenalkan Islam sebagai sebuah agama Univesal,
gerakan ini memainkan peranan penting dalam aktifitas social-keagamaan.
Berdasarkan jenis kajian dan gerakan dakwahnya organisasi tersebut dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Organisasi Islam yang
bergerak dalam kegiatan dakwah disamping berbagai layanan keagamaan sosial bagi
anggotanya, seperti peningkatan kesalehan diri, imam dan praktik (foi et
pratique) yang merupakan cabang dari gerakan Islam dakwah Jamaah Tabligh
(Jama’ah at-Tabligi wa ad Da’wah) kelompok-kelompok dakwah yang berpusat di
Pakistan, Gerakan Ikhwanul Muslim di Mesir.
b. Organisasi yang kurang memperlihatkan ciri yang
kurang Islam dibandingkan yang pertama. Kebanyakan dari mereka berusia muda dan
cenderung mengaitkan diri dengan kebudayaan negeri asal mereka.Seperti
Generastion Egalite (Generasi Kesamaan), dan Generation Beur (Generasi Imigran
Afrika Utara), mewakili protes kalangan muslim muda yang diperlakukan sebagai
kelas kedua.Sementara itu, organisasi kaum muslim Prancis keturunan Aljazair
merupakan bagian kelompok oposisi politik yang sering menjadi unsur penting
dari kelompok faksional Aljazair. Tujuannya adalah mengkaji relevansi kehidupan
social Islam di tengah masyarakat sekuler Prancis, serta mencari paradigma
social-cultural Islam yang berorientasi kepada nilai-nilai cultural dan social
masyarakat.
Untuk
mengkoordinasi berbagai organisasi yang tumbuh dan berkembang, maka di negeri
ini dibentuklah (Nationaal Federation of Muslim France atau Federation
Nationale des Musulmans de France (FNMF) berusaha memperebutkan pengaruh di
dalam komunitas muslim dan Masjid Paris (Organisation de Islamiques de Frence)
berada dibawah naungan Departemen Dalam Negeri Prancis yang sering mengadakan
diskusi keislaman di Prancis, menggagas berbagai macam diskui. Sementara itu,
sikap akomodatif dari pemerintah prancis diwujudkan dalam bentuk conseil
Religieux de I’slam en Frence (Dewan Keagamaan Islam di Prancis) COIRIF di
bawah naungan Departemen Dalam Negeri[6].
Dewan ini terdiri dari beberapa pemuka muslim yang diberi tugas untuk melakukan
pengajian masalah- masalah kaum muslim Prancis. Konsekuensinya adalah munculnya
peroalan tertentu di tengah komunitas kaum muslimin untuk menentukan :
1. Pegawai yang bertanggungjawab dalam
penyembelihan binatangdaan mendapatkan
sertifikat dari pemerintah
2. Koordinasi penetapan awal dan akhir bulan
ramadhan
3. Bentuk dan ukuran kuburan muslim
4. Pegawai rohaniawan yang bertugas di rumah
sakit, penjaradan barak tentara.
Usaha untuk mendirikan
Institute Teologi yang bertujuan mencetak para pemimpin agama tidak pernah
terwujud.Tahun 1992, UOIF telah mewisuda alumni sekolah teologi akan tetapi
tidak didukung oleh organisasi organisasi Islam lainnya. Oleh karena itu NFMF dan masjid Paris
masing-masing mendirikan institute di akhir tahun 1993. De sacy, pakar lainnya
adalah William Marcais.[7]
Pentingnya bahasa Arab diajarkan di Prancis sebagai bahasa asing mengingat
banyaknya imigran asing terutama dari Afrika Utara, Tunisia, Maroko dan
Aljazair datang ke Prancis. Sekarang ini bahasa Arab di Prancis setara dan
diajarkan bersamaan dengan bahasa Inggris, Jerman dan bahasa dunia lainnya
dijenjang pendidikan formal.
Selanjutnya E.Levi Provencal (1894-1956) adalah
seorang yang mempelajari bahasa, sejarah dan sastra Arab di Prancis. Ia memulai
kariernya di lembaga Des Hautes d,Etudes dan menghabiskan waktunya di
Universitas Aljazair. Kembali ke Prancis setelah perang dunia kedua dan
mendirikan institud E’tudes Islaiques yang masih tetap eksis di sarbonne.
Lembaga lainnya diSarbonne ini adalah lembaga filologi dan sastra arab
didirikan oleh Blachere. Lembaga ketiga yang memfokuskan pada kajian yang sama
adalah di Bordeaux dipimpin oleh Professor R.Brunschving. Pusat kajian ke empat
di Lyions dipimpin oleh Prof. T. Fahid Claude Cahen. Selain lembaga- lembaga
pendidikan di atas, terdapat pula sejumlah universitas yang mengkaji ilmu-ilmu
keislaman (Islamic Studies) di Prancis. Universitas tersebut adalah Nancy
University, Clertmont Ferrand, Toulouse,
Rennes dan Lille, bahkan menteri Pendidikan Prancis Alain Savaryresm, pada tahun
1983 memutuskan bahwa kajian-kajian bahasa Arab dianggap prioritas nasional di
Prancis. Hanya saja kendala utama yang dihadapi Prancis adalah minimnya sumber
daya manusia yang sanggup mengajarkan studi-studi keislaman ini. Pada bidang
akademika, juga berkembang artikel. Salah satu diantaranya artikel
“Perspertive” oleh Robert Brushing berbentuk jurnal studia Islamica yang
menguraikan beberapa pendekatan baru bagi para Islamolog. Ia juga menerbitkan
karya “Etudes d’ Islamaologie” berisi tentang studi keislaman yang berkaitan
dengan isu-isu sosial dan cultural. Salah seorang cendekiawan yang pemikiran
keislamannya begitu mengglobal dan memberikan pengaruh yang cukup signifikan
dalam kajian-kajian studi keislaman dunia terutama di bidang islamologi,
filsafat, bahasa, ilmu social, filologi dan lain-lain di Prancis adalah
Muhammad Arkoun. Dialah guru besar dan mantan direktur Institude of Arab and
Islamic di Universitas Sorbonne serta Editor Jurnal Arabica.
Cendikiawan muslim lainnya dari Prancis adalah
Dr. Bruno Giuderdoni, ahli Astrofisika dari Universitas Paris.Ia pernah menjadi
salah satu bintang dalam Konferensi Riset Sains dan Spiritual II (Science and
Spiritual Quest, disingkat SSQ). Bruno satu-satunya ilmuan muslim yang
berbicara dalam perhelatan ilmuwan dunia di gereja Memorial Universitas Harvard,
Amerika Serikat. Ia secara fasih berbicara tentang teori kosmologi mutakhir,
misalnya pengembangan kaotik (chaotic inflation) yang dihubungkan dengan konsep
Islam. Bruno mendapatkan gelar doctor di bidang tersebut pada tahun 1986 di
universitas Paris. Setelah menjadi guru fisika di SMU Prancis di Maroko selama
dua tahun, Bruno memeluk agama Islam pada tahun 1987 dan mengubah namanya
menjadi Abdul –al Haqq. Sejak 1988, Bruno bekerja di the Paris institute of
Astrphysics, yang didukung The French National Center for Scientific Reseach.
Bidang riset utamanya kosmologi ovservasi, dan lebih khusus pembentukan galaksi
dan evolusi. Dalam bidang ini Bruno telah menerbitkan 80 buah makalah dan
mengorganisasikan berbagai konferensi International. Bruno kini anggota Dewan
Penasehat Yayasan Jhon Templeton (AS) dan Dewan Penasehat Sains pada progam SSQ
II tersebut. Di luar karier resmi, Bruno mengelola program televise “mengenal
Islam”, yang ditayangkan saluran televisi pemerintah Prancis setiap ahad pagi.
Bersama beberapa koleganya, ia juga mendirikan Lembaga Islam untuk sudi lanjut
pada tahun 1995, yang bertujuan membantu warga muslim di Eropa menemukan
dimensi intelektual dalam Islam. Selain menyampaikan berbagai ceramah tentang
spiritualitas, dialog antar agama, dan hubungan sains dan agama, Bruno telah
menerbitkan 40 makalah tentang teologi dan mistik Islam.
[1] Ahmad
Syalabi, alTarikh al-Islami wal al-Hadarat al-Islamiyah ( Cairo: Maktabat
al-Nahdat al-Misriyah,1995) h.142.
[2] Lukman
Harun, Potret Dunia Islam, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1985), h. 208.
[3] ibid
[6] Gilles
Kepel, Pergerakan Islam di Amerika dan Eropa, (yogyakarta: jendela, 2003) , hal
317
[7] Ibid,
hal 319
Klik Dibawah Ini Untuk Menambah Wawasan Anda
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
إرسال تعليق