PENGARUH PERSIA PADA ZAMAN ABBASIYAH
Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani
Umayyah. Mereka dapat memungkinkan untuk mencapai hasil lebih banyak karena
landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar dan Abasiyyah yang
pertama memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abasiyyah ini bukan sekedar
penggantian dinasti, tetapi merupakan suatu revolusi dalam sejarah Islam, suatu
titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia di
dalam Sejarah Barat[1][1].
Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia,
sehingga banyak dipengaruhi oleh peradaban bangsa Persia. Jika bani Umayyah
dengan Damaskus sebagai Ibu Kotanya mementingkan kebudayaan Arab, maka bani
Abbasiyah dengan memindahkan Ibu kotanya ke Baghdad telah agak jauh dari
pengaruh Arab. Baghdad terletak di daerah yang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Persia. Di samping itu, tangan kanan yang membawa Bani Abbasiyah
kepada kekuasaan adalah orang-orang Persia. Dan setelah berkuasa, cendekiawan
Persialah yang mereka jadikan sebagai pembesar-pembesar di istana.
Dengan naiknya kedudukan orang-orang Persia dan
kemudian orang-orang Turki dalam pemerintahan bani Abbasiyah, kedudukan
orang-orang Arab menurun. Masa ini bukanlah masa ekspansi daerah kekuasaan
seperti pada masa Umayyah tetapi masa pembentukan kebudayaan dan peradaban Islam.
Berbagai macam disiplin keilmuan meningkat pesat. Perguruan Tinggi yang
didirikan pada zaman ini antara lain Baitul Hikmah di Baghdad dan Al-Azhar di
Kairo yang hingga kini masih harum namanya sebagai universitas Islam yang
termasyhur di seluruh dunia.
Periode ini adalah periode peradaban Islam yang
tertinggi dan memiliki pengaruh walaupun tidak secara langsung pada tercapainya
peradaban modern di barat sekarang. Periode kemajuan Islam ini menurut
Christoper Dawson, bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Eropa. Pada abad
ke-11 Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di Timur dan melalui Spanyol,
Sicilia dan Perang Salib peradaban itu sedikit demi sedikit di transfer ke
Eropa. Dari Islam-lah Eropa mempelajari semua ilmu pengetahuan. Maka tidak
mengherankan jika Gustave Lebon mengatakan bahwa “orang Arab-lah yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena
mereka adalah imam kita selama enam abad”.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M,
oleh Abul Abbas Ash-Shafah yang sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan
dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama
lima abad dari tahun 132-656 H (750-1258 M). berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani
Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakaan bahwa yang
berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang
berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang
cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin
Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Ibrahim
tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum
akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan dibunuh dan memerintahkan untuk
pindah ke Kufah. Dan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah[2][2].
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid
bin Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu
Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali,
salah seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah
terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah
ini terus menerus melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya
terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M. dengan demikian maka
tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang
dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shafah[3][3] dengan pusat kekuasaan awalnya
di Kufah.
Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan
budaya. Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbasiyah dalam lima periode :
1. Periode Persia I, yaitu suatu periode di mana pola
politik dan pemerintahan dipengaruhi oleh orang-orang Persia.
2. Periode Turki II, yaitu suatu
periode di mana pola politik dan pemerintahan dipengaruhi oleh orang-orang
Turki.
3. Periode Persia II, di mana
orang-orang Persia kembali mempengaruhi pola politik dan pemerintahan yang
sejatinya dikuasai oleh bani Buwaih.
4. Periode Turki II, di mana
orang-orang Turki kembali mempengaruhi pola politik dan pemerintahan yang
dikuasai oleh bani Seljuk.
5. Periode Tanpa Pengaruh selain
arab. Periode ini hanya efektif di Baghdad hingga masa kehancuran peradaban
Islam.[4]
Pada periode Persia pertama yang
berlangsung dari 750-847 M ini pengaruh kerajaan Persia pada pemerintahan bani
Abbasiyah nampak pada corak pemerintahannya yang otokratis dan gaya
pemerintahannya yang seakan mewakili Allah di bumi di mana khalifah
diterjemahkan bukan khalifah Rasulillah tapi khalifah Allah. Maka dari itu pada
masa ini terdapat gelar-gelar baru yang pada masa bani Umayah belum ada dengan
memakai kosakata « Allah ». seperti Al Hakim bi amrillah dan Al
Hafizh lidinillah. Menurut Abdul Mun’im Majid, tujuan pemakaian gelar ini
adalah untuk menopang kekuasaan mereka.[5]
Selain itu, pengaruh Persia pada
pemerintahan bani Abbasiyah dapat dilihat diangkatnya pejabat pemerintahan dari
orang-orang Persia. Harun Nasution menyebutkan bahwa Pengawal Al Mansur dan
Wazir, jabatan pemerintahan baru yang membawahi depertemen-departemen dalam
pemerintahan bani Abbasiyah adalah orang-orang Persia[6]. Sebagai
konsekuensi dari sikap condong kepada keturunan Persia, pemerintahan bani
Abbasiyah berada dalam kondisi sulit di mana terjadi kemarahan orang-orang
Arab, baik dari kalangan bani Umayah sendiri maupun dari kalangan bani Abbas
sendiri terhadap pemerintahan dengan terjadinya pergerakan protes yang
dilancarkan oleh Abdullah bin Ali, saudara khalifah Al Manshur sendiri.
Selain itu, kemarahan juga timbul
dari orang-orang Persia sendiri yang merasa berada di atas angin dan
mendapatkan kesempatan baik untuk membangkitkan kembali keturunan Ali dengan
gerakan perlawanannya yang dipimpin oleh Abu Muslim Al Khurasani. A. Hasjmi
menulis, bahwa pada akhirnya gelombang kemarahan tersebut dapat ditangani oleh
khalifah Al Manshur.[7]
Kekhalifahan Bani Abbas bertumpu pada banyak sistem
yang pernah dipraktekkan oleh bangsa-bangsa sebelumnya baik yang muslim maupun
non-muslim. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua,
Abu Ja’far Al-Mansur yang dikenal sebagai pembangun khilafah tersebut.
Sedangkan sebagai pendiri Abbasiyah ialah Abul Abbas as-Shaffah. Dukungan dan
sumbangan bangsa Persia kentara sekali ketika Abbasiyah berdiri dengan
munculnya Abu Muslim Al-Khurrasani dan memang wilayah operasional bangsa ini
berada di bekas reruntuhan kerajaan Persia. Kebangkitan orang-orang Persia itu
antara lain juga karena sudah bosannya mereka terhadap kebijaksanaan pemerintah
Umayyah yang diskriminatif terhadap bangsa non-Arab yang menjadikan mereka
warga negara kelas dua (kaum mawalli).
Maka tidak mengherankan bila kekhalifahan Abbasiyah mengambil nilai-nilai
Persia dalam sistem pemerintahannya.
Bangsa Persia mempercayai adanya
hak agung raja-raja yang didapat Tuhan, oleh karena itu para khalifah Abbasiyah
memperoleh kekuasaan untuk mengatur negara langsung dari Allah bukan dari
rakyat yang berbeda dari sistem kekhalifahan yang diterapkan oleh
Khulafaurrasyidin yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan tertinggi
mereka diletakkan pada ulama, sehingga pemerintahannya merupakan sistem
teokrasi[8][4]. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Kemakmuran rakyat mencapai tingkat tertinggi.
Setelah
pemerintahan Abul Abbas (750-754 M) yang relatif sangat singkat, dilanjutkan
dengan pemerintahan Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M). dengan keras dia hadapi
lawan-lawannya dari Umayyah, Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan
dari kekuasaan. Pada mulanya ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah,
dekat Kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang
baru berdiri itu, Al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru di
bangunnya, yaitu Baghdad. Disini Al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban
pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di
lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahn ini, dia menciptakan
tradisi baru dengan mengangkat seorang wazir
sebagai koordinator departemen. Dia juga membentuk lembaga protokol negara,
sekretaris negara dan kepolisian disamping membenahi angkatan bersenjata.
Popularitas daulah Abbasiyah
mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya
Al-Ma’mun (813-833 M). tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada
zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan
tak tertandingi.
[1][1] Syed Mahmudunnashir, Islam
Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994, hal. 246
[3][3] Ash-Shafah artinya sang penumpah darah. Menurut Prof. Dr.
Hamka, Abul Abbas Ash-Shafah dikenal sebagai orang yang masyhur karena
kedermawanannya, kuat iangatannya, keras hati, tetapi sangat besar dendamnya
kepadda Bani Umayyah. Sehingga dengan tidak mengenal belas kasihan, ia membunuh
keturunan-keturunan Bani Umayyah itu. Lihat Prof. Dr. Hamka, Sejarah Umat
Islam, jilid II, Jakarta : Bulan Bintang, 1981, hal. 102
[9][5] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, hlm 174.
[11][7] Ajid thahir,Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia
Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004 hlm 51-52.
Klik Dibawah Ini Untuk Menambah Wawasan Anda
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
إرسال تعليق