Islalmisasi di Prancis

الأحد، 3 مارس 20130 komentar



ISLAM DI PRANCIS

Kajian sosiologi dan demografis menyatakan bahwa, Eropa tidak bersentuhan dengan Islam kecuali hanya baru-baru ini saja. Akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa. Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad.Islam hadir di benua Eropa sejak pertama kali Islam datang melalui perdagangan dan diplomasi. Sejarah kedatangan kaum muslimin ini dapat ditelusuri dalam empat fase, yaitu; periode pertama, periode kekhalifaan Islam di Spanyol, pulau Mediterrania, kantong-kantong kecil di Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan.[1] Periode ini berakhir dengan dikalahkannya bangsa norman di Sicilia dan Italia Selatan pada abad ke 11 serta tuntasnya penaklukan kembali Spanyol dengan direbutnya Granada oleh penguasa Kristen pada tahun 1492. Yang ditinggalkan dari masa tersebut adalah khazanah intelektual dan kultural Eropa. Periode kedua berkaitan dengan penyerbuan tentara Mongol paa abad ke 13. Setelah pertemuan dengan kaum muslimin berlangsung, beberapa generasi penguasa Mongol masuk Islam. Periode ketiga adalah periode ekspansi kekhalifahan Turki Usmani ke wilayah Balkan dan Eropa tengah pada abad ke 14 dan ke 15. Salah satu peninggalan yang terbesar adalah orang Turki yang hingga saat ini masih aktif dalam melakukan Islamisasi baik bagi penduduk wilayah tersebut, hingga Albania menjadi negara dan penduduk mayoritas muslim hingga saat ini dan beberapa kelompok etnis Slavia, Bosnia Hercegovina, dan beberapa bagian negara Bulgaria. Periode keempat adalah periode kedatangan kaum muslimin di Eropa Barat. Periode ini merupakan migrasi kaum muslimin dalam jumlah besar terutama ke Prancis, Jerman , Inggris setelah perang dunia kedua. Inilah kemudian yang disebut dengan komunitas muslim baru di Eropa.

Komunitas-komunitas muslim yang sekarang hidup di Eropa dapat dibagi dalam dua kategori. Pertama, Komunitas yang bertahan hidup dengan kejatuhan imperium Usmani, terkonsentrasi di Eropa Timur. Kedua, komunitas yang berimigrasi karena kolonisasi Eropa masa lalu di negeri-negeri muslim, terkonsentrasi di Eropa Barat. Salah satu negara besar Eropa yang mengalami kemajuan dalam perkembangan Islam dewasa ini adalah prancis.
Masuknya Islam Di Prancis
Perkenalan Prancis dengan Islam sudah berlangsung lama, pada abad X Islam mencoba memperluas daerah kekuasaannya, tetapi gagal sebab di abad pertengahan ini, Islam sibuk menghadapi perang salib dan akhirnya mereka meninggalkan Prancis. Demikian pula Prancis pernah menjajah negeri-negeri Islam seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, Senegal, Mali dan libanon. Bahkan Prancis pernah menjadikan Aljazair sebagai salah satu provinsinya.[2] Selanjutnya bangsa Prancis pernah menginjakkan kakinya di Mesir di saat Napoleon menaklukan Mesir pada tahun 1798. Penaklukan ini sudah lama diinginkan oleh Raja Louis XIV untuk memudahkan jalur perdagangan melalui Laut Merah dan Laut Tengah menuju ke Timur dan ke India.
Masuknya Islam di Prancis ini menjadi signifikan bersamaan dengan kolonialisasi Prancis di Afrika Utara yang dimulai ada tahun 1830. Para pedagang dikenal dengan istilah turcos datang dari Aljazair setelah tahun 1850, menyusul kemudian imigran Maroko yang bekerja di dermaga Merseilles, kontruksi pembangunan kota Paris dan di sektor pertambangan di prancis bagian selatan.
Sesudah perang dunia I, Prancis sangat kekurangan tenaga kerja dan untuk mengejar kekurangan ini imigrasi orang-orang Aljazair pun didorong. Pada tahun 1924 penduduk muslim mencapai 120.000 orang. Imigrasi muslim ke Prancis ada kecenderungan naik setelah perang dunia II, dengan penduduk muslim mencapai 240.000 pada tahun 1950.[3]
Pada awal abad XX, gelombang pekerja berdatangan lagi ke Prancis, utamanya setelah Aljazair merdeka tahun 1962. Pekerja itu terdiri atas warga Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Pada tahun 1974 pemerinta  Prancis mengeluarkan deregulasi tentang bolehnya membawa istri dan keluarga bagi para pekerja tersebut. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah orang- orang Islam bertambah dan semakin plural. Hal ini ditandai dengan hadirnya pendatang Turki, Afrika, Timur tengah, Asia Barat dan Asia Tengah. Disamping pekerja, masuk pula para pelajar, intelektual dan profesional muslim di prancis ini yang menyebabkan islam secara perlahan namun pasti mengalami perkembangan dan pertambahan hingga Islam menjadi agama kedua di prancis setelah kristen.
Perkembangan Islam di Prancis
Secara kelembagaan,Islam dan Kristen memiliki hubungan yang cukup harmonis Prancis merupakan Negara barat dimana sebuah kantor untuk hubungan Islam dibuat oleh gereja Katolik pada tahun 1973 dan dibentuk komisi Islam–Gereja Katolik yang kemudian diikuti oleh Protestan. Perkembangan ilmu keislaman salah satu ilmu keislaman yang berkembang di Prancis adalah bahasa arab.Bahasa Arab sebagai bahasa Alquran berkembang seirama dengan perkembangan Islam. Lembaga yang bernama Guillume Postel di College de France, didirikan tahun 1539 merupakan sebuah lembaga yang begitu concern dengan pembelajaran bahasa Arab, budaya dan sastra timur.[4] Professor pertama yang dinominasikan mengajar bahasa Arab di Universtas ini adalah Sylvestre  aktifitas sosial dan keagamaan.
Ø  Aktifitas Sosial
Pada mulanya Islam di Prancis begitu identik dengan tempat kerja seperti pabrik dan asrama serta tampak menjadi komunitas tidak menetap (berpindah – pindah) sesuai dengan situasi dan kondisi. Akan tetapi sejak tahun 1974 ketika kebijakan reuninfikasi famili dikeluarkan pemerintahan mereka tampak stabil dan eksistensi mereka begitu signifikan di berbagai sector riil seperti proyek perumahan, sekolah dan penataan kota.Terlebih lagi bagi pekerja imigran, keberadaan suami/istri dan anak-anak membuang ide mereka jauh-jauh untuk kembali ke tanah kelahiran.Hanya saja irama dan ritme kehidupan sehari-hari tanpa semakin kompetitif dan terkadang diisi dengan konflik dalam masyarakat yang kurang begitu ramah menyambut kedatangan mereka.Norma dan nilai kehidupan begitu sulit dimengerti di dalam populasi yang begitu ramah meyambut keberadaan mereka. Norma dan nilai kehidupan begitu musykil (sulit dimengerti) di dalam populasi yang begitu plural semacam ini. Identitas muslim sebagai identitas budaya merupakan salah satu tumbuhnya sintemen tersebut. Kondisi semacam ini berakhir pada tahun 1970 dengan dibukanya sarana ibadah diberbagai tempat seperti di pabrik Renaul Bilancourt, ditambah pula dengan adanya mogok kerja pekerja yang dilakukan pada tahun 1982-1983, Islam kembali menjadi faktor yang diperhitungkan, sebab mayoritas pekerja adalah muslim. Pada saat yang bersamaan komunitas muslim juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan sektor termasuk sektor perdagangan. Komoditi berlabel halal tidak sulit ditemukan di toko-toko. Sementara sarana ibadah semakin bertambah. Penelitian resmi menyebutkan ada 1.035 sarana ibadah menjelang tahun 1989, sementara tahu 1983 hanya mencapai 255 buah. Itu berarti ada penambahan sebanyak 780 buah sarana ibadah dalam rentang waktu 6 tahun. Di samping itu bukan pemandangan yang asing lagi bila di jalan ditemukan wanita yang berjilbab.[5]

Ø  Aktifitas Keagamaan
Lahirnya undang- undang 3 oktober 1981 tentang hak berserikat dan berkumpul memberikan angin segar bagi masyarakat muslim. Negara menjamin kebebasan memeluk dan menjalankan syariat agama masing- masing pemeluknya. Prancis menerapkan konsep sekularisme. Dan inilah kemudian menumbuhkan spirit munculnya organisasi- organisasi Islam diseluruh Prancis yang menjadi bagian dinamika dari gerakan dakwah. Organisasi masyarakat muslim ini dapat dikelompokan menjadi dua yaitu organisasi kebudayaan dan keagamaan.Organisasi keagamaan bercirikan visi dan misi keagamaan yang dilengkapi dengan gedung dan penandaan. Slogan “seiman dan seagama” menjadi jargon mereka dalam menghidupi organisasi ini. Dengan memperkenalkan Islam sebagai sebuah agama Univesal, gerakan ini memainkan peranan penting dalam aktifitas social-keagamaan. Berdasarkan jenis kajian dan gerakan dakwahnya organisasi tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.    Organisasi Islam yang bergerak dalam kegiatan dakwah disamping berbagai layanan keagamaan sosial bagi anggotanya, seperti peningkatan kesalehan diri, imam dan praktik (foi et pratique) yang merupakan cabang dari gerakan Islam dakwah Jamaah Tabligh (Jama’ah at-Tabligi wa ad Da’wah) kelompok-kelompok dakwah yang berpusat di Pakistan, Gerakan Ikhwanul Muslim di Mesir.
b.    Organisasi yang kurang memperlihatkan ciri yang kurang Islam dibandingkan yang pertama. Kebanyakan dari mereka berusia muda dan cenderung mengaitkan diri dengan kebudayaan negeri asal mereka.Seperti Generastion Egalite (Generasi Kesamaan), dan Generation Beur (Generasi Imigran Afrika Utara), mewakili protes kalangan muslim muda yang diperlakukan sebagai kelas kedua.Sementara itu, organisasi kaum muslim Prancis keturunan Aljazair merupakan bagian kelompok oposisi politik yang sering menjadi unsur penting dari kelompok faksional Aljazair. Tujuannya adalah mengkaji relevansi kehidupan social Islam di tengah masyarakat sekuler Prancis, serta mencari paradigma social-cultural Islam yang berorientasi kepada nilai-nilai cultural dan social masyarakat.
                   Untuk mengkoordinasi berbagai organisasi yang tumbuh dan berkembang, maka di negeri ini dibentuklah (Nationaal Federation of Muslim France atau Federation Nationale des Musulmans de France (FNMF) berusaha memperebutkan pengaruh di dalam komunitas muslim dan Masjid Paris (Organisation de Islamiques de Frence) berada dibawah naungan Departemen Dalam Negeri Prancis yang sering mengadakan diskusi keislaman di Prancis, menggagas berbagai macam diskui. Sementara itu, sikap akomodatif dari pemerintah prancis diwujudkan dalam bentuk conseil Religieux de I’slam en Frence (Dewan Keagamaan Islam di Prancis) COIRIF di bawah naungan Departemen Dalam Negeri[6]. Dewan ini terdiri dari beberapa pemuka muslim yang diberi tugas untuk melakukan pengajian masalah- masalah kaum muslim Prancis. Konsekuensinya adalah munculnya peroalan tertentu di tengah komunitas kaum muslimin untuk menentukan :
1.    Pegawai yang bertanggungjawab dalam penyembelihan  binatangdaan mendapatkan sertifikat dari pemerintah
2.    Koordinasi penetapan awal dan akhir bulan ramadhan
3.    Bentuk dan ukuran kuburan muslim
4.    Pegawai rohaniawan yang bertugas di rumah sakit, penjaradan barak tentara.
Usaha untuk mendirikan Institute Teologi yang bertujuan mencetak para pemimpin agama tidak pernah terwujud.Tahun 1992, UOIF telah mewisuda alumni sekolah teologi akan tetapi tidak didukung oleh organisasi organisasi Islam lainnya. Oleh karena itu NFMF dan masjid Paris masing-masing mendirikan institute di akhir tahun 1993. De sacy, pakar lainnya adalah William Marcais.[7] Pentingnya bahasa Arab diajarkan di Prancis sebagai bahasa asing mengingat banyaknya imigran asing terutama dari Afrika Utara, Tunisia, Maroko dan Aljazair datang ke Prancis. Sekarang ini bahasa Arab di Prancis setara dan diajarkan bersamaan dengan bahasa Inggris, Jerman dan bahasa dunia lainnya dijenjang pendidikan formal.
Selanjutnya E.Levi Provencal (1894-1956) adalah seorang yang mempelajari bahasa, sejarah dan sastra Arab di Prancis. Ia memulai kariernya di lembaga Des Hautes d,Etudes dan menghabiskan waktunya di Universitas Aljazair. Kembali ke Prancis setelah perang dunia kedua dan mendirikan institud E’tudes Islaiques yang masih tetap eksis di sarbonne. Lembaga lainnya diSarbonne ini adalah lembaga filologi dan sastra arab didirikan oleh Blachere. Lembaga ketiga yang memfokuskan pada kajian yang sama adalah di Bordeaux dipimpin oleh Professor R.Brunschving. Pusat kajian ke empat di Lyions dipimpin oleh Prof. T. Fahid Claude Cahen. Selain lembaga- lembaga pendidikan di atas, terdapat pula sejumlah universitas yang mengkaji ilmu-ilmu keislaman (Islamic Studies) di Prancis. Universitas tersebut adalah Nancy University, Clertmont  Ferrand, Toulouse, Rennes dan Lille, bahkan menteri Pendidikan Prancis Alain Savaryresm, pada tahun 1983 memutuskan bahwa kajian-kajian bahasa Arab dianggap prioritas nasional di Prancis. Hanya saja kendala utama yang dihadapi Prancis adalah minimnya sumber daya manusia yang sanggup mengajarkan studi-studi keislaman ini. Pada bidang akademika, juga berkembang artikel. Salah satu diantaranya artikel “Perspertive” oleh Robert Brushing berbentuk jurnal studia Islamica yang menguraikan beberapa pendekatan baru bagi para Islamolog. Ia juga menerbitkan karya “Etudes d’ Islamaologie” berisi tentang studi keislaman yang berkaitan dengan isu-isu sosial dan cultural. Salah seorang cendekiawan yang pemikiran keislamannya begitu mengglobal dan memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam kajian-kajian studi keislaman dunia terutama di bidang islamologi, filsafat, bahasa, ilmu social, filologi dan lain-lain di Prancis adalah Muhammad Arkoun. Dialah guru besar dan mantan direktur Institude of Arab and Islamic di Universitas Sorbonne serta Editor Jurnal  Arabica.
Cendikiawan muslim lainnya dari Prancis adalah Dr. Bruno Giuderdoni, ahli Astrofisika dari Universitas Paris.Ia pernah menjadi salah satu bintang dalam Konferensi Riset Sains dan Spiritual II (Science and Spiritual Quest, disingkat SSQ). Bruno satu-satunya ilmuan muslim yang berbicara dalam perhelatan ilmuwan dunia di gereja Memorial Universitas Harvard, Amerika Serikat. Ia secara fasih berbicara tentang teori kosmologi mutakhir, misalnya pengembangan kaotik (chaotic inflation) yang dihubungkan dengan konsep Islam. Bruno mendapatkan gelar doctor di bidang tersebut pada tahun 1986 di universitas Paris. Setelah menjadi guru fisika di SMU Prancis di Maroko selama dua tahun, Bruno memeluk agama Islam pada tahun 1987 dan mengubah namanya menjadi Abdul –al Haqq. Sejak 1988, Bruno bekerja di the Paris institute of Astrphysics, yang didukung The French National Center for Scientific Reseach. Bidang riset utamanya kosmologi ovservasi, dan lebih khusus pembentukan galaksi dan evolusi. Dalam bidang ini Bruno telah menerbitkan 80 buah makalah dan mengorganisasikan berbagai konferensi International. Bruno kini anggota Dewan Penasehat Yayasan Jhon Templeton (AS) dan Dewan Penasehat Sains pada progam SSQ II tersebut. Di luar karier resmi, Bruno mengelola program televise “mengenal Islam”, yang ditayangkan saluran televisi pemerintah Prancis setiap ahad pagi. Bersama beberapa koleganya, ia juga mendirikan Lembaga Islam untuk sudi lanjut pada tahun 1995, yang bertujuan membantu warga muslim di Eropa menemukan dimensi intelektual dalam Islam. Selain menyampaikan berbagai ceramah tentang spiritualitas, dialog antar agama, dan hubungan sains dan agama, Bruno telah menerbitkan 40 makalah tentang teologi dan mistik Islam.


[1] Ahmad Syalabi, alTarikh al-Islami wal al-Hadarat al-Islamiyah ( Cairo: Maktabat al-Nahdat al-Misriyah,1995)  h.142.

[2] Lukman Harun, Potret Dunia Islam, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1985), h. 208.
[3] ibid
[4] Muhammad Arkoun, Studi Islam di Prancis,(Yokyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003) h.44.

[6] Gilles Kepel, Pergerakan Islam di Amerika dan Eropa, (yogyakarta: jendela, 2003) , hal 317
[7] Ibid, hal 319

Klik Dibawah Ini Untuk Menambah Wawasan Anda
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
Share this article :

إرسال تعليق

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ilmu ngawor tepak - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger