SEJARAH FILSAFAT MASUK KEDUNIA ISLAM

الأحد، 3 مارس 20130 komentar



SEJARAH FILSAFAT MASUK KEDUNIA ISLAM

Pengetahuan di bangun atas dasar pengenalan indrawi dan dengan adanya kekuatan rasio. Akan tetapi, kebenaran indrawi dan rasio belum menyentuh kebenaran esensi yang tetap karena fungsi esensi sesuatu dapat memegang cirri – cirri subtansinya yang pokok ketika terjadi perugbahan keadaan. Dari subtansi tersebut kemudian timbul kebenaran lahiriah yang indrawi dengan rohaniah yang esensi yang di hubungkan dengan berbagai pendekatan.
Jika kita melihat awan yang menebal itu pertanda akan turun hujan, dan jika ada orang yang sakit ia harus berobat. Hubungan – hubungan tersebut baru bisa di ketahui setelah mengerti adanya esensi sesuatu yakni susunan dan ciri – ciri yang khas . jika ia telah mengetahui esensi penyakit dan esensi obat, ia bisa mengetahui rahasia dan cara kerja obat tersebut terhadap badan yang sakit, dan mengetahui pula bahwa kedua permasalahan tersebut memiliki hubungan dan keseimbangan yang memungkinkan obat tesebut bisa menghilangkan rasa sakit dan dapat menyembuhkan si sakit tersebut atas perantara obat. Pengetahuan inilah yang menjadi empiris manusia.
Akan tetapi, siapakah yang menyembuhkan orang yang sakit? Apakah benar benar obat yang membuatnya sembuh? Lalu darimana asalnya obat, dan siapa yang mula menciptakannya serta mengapa bisa menyembuhkan?. Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul, tetapi jawabannya belum di temukan. Untuk mencari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan itu, kemudian lahirlah filsafat yang mencoba memikirkan secara kontemplatif tentang kebenaran hakiki dari segala sesuatu dan segala sesuatu yang benar – benar hakiki.[1]
Pertanyaan tidak terhenti di situ, bermula dari mana asal mula penyakit dan obat. Manusia pun mempertanyakan penggerak semua yang ada di ala mini? Yang tentu dialah yang menyembuhkan seluruh penyakit dan yang menjadikan sehat juga dari-Nya, demikian pula dengan obat, tentu dialah yang memilikinya. Dari semua ini kemudian banyaklah orang yunani, Persia, Romawi dan sebaginya mencari tahu. Dari kesemua itu kemudian muncullah seorang filosof dari agama islam pada abad pertengahan kemudian mencari jawaban tersebut dari filosofis terkenal “Aristoteles”, ia menerjemahkan dan menghayati apa yang ada pada makna dari isi buku Aristoteles. Yang kemudian hari menimbulkan perkembangan yang pesat di dunia filsafat.[2]
Filsafat Islam adalah pengetahuan tentang segala yang ada dan harus di buktikan melalui metode atau cara yang digunakan untuk menyelidiki asas dan sebab suatu benda tersebut[3] berdasarkan pemikiran agama islam yang sesuai dengan al-quran dan al-hadits. Filsafat islam masuk dan di jumpai kaum muslimin pada abad ke-8 M/ 2 H melalui filsafat Yunani. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah – daerah islam (Siriah, Persia, Mesopotamia dan Mesir) melalui ekspansi Alexander Agung. Alexsander datang dengan tidak menghancurkan perdaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini memunculkan pusat – pusat kebudayaan Yunani di daerah tersebut di antaranya filsafat kemudian pada masa Dinasti Bani Umayyah filsafat mulai berpengaruh kepada kebudayaan arab. Seiring dengan zaman dan waktu, barulah pada masa Bani Abbasiyah kebudayaan Yunani berkembang semakin cepat terutama filsafat karena orang – orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahannya. Dan pada zaman Al-Makmun melakukan penerjemahan naskah – naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa arab. Ketersediaan buku – buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan muslim untuk berkenalan denga ilmu pengetahuan dan filsafat. Dari wilayah – wilayah dari belahan timur tersebut terutama Baghdad, ilmu filsafat dalam islam  mulai berkembang luas.[4]
Pada abad ke-4 H dengan dorongan dan bantuan dari pihak penguasa, terutama pada masa pemerintahan khalifah Hakam II (350-366 H/ 937-953 M) di Andalusia Spanyol, filsafat islam belahan timur baru masuk secara besar – besaran ke dunia islam belahan barat tersebut (Spanyol). Berkembangnya ilmu filsafat di dunia islam ini pada akhirnya telah melahirkan sejumlah filsof terkenal dari kalangan muslim. Meraka antara lain  Al-Kindi, Ar-Rozi, Al-Farabi, Ibnu maskawaih,Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Mereka memanfaatkan materi filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aritoteles, Pitagoras, Demokritos dan Plotinus, serta berpegang teguh pada ajaran Al-quran dan Al-hadits Rosulullah SAW.[5]
Al-Kindi
Nama aslinya abu Yusuf bi Ishak al-kindi, ia berasal dari Kindah di Yaman tetapi lahir di kufah di tahun 796 M. orang tuanya adalah Gubernur dari Basrah. Setelah dewasa ia pergi ke Baghdad dan mendapat lindungan dari kahlifah Al –Makmun , di sana kemudian ia belajar ilmu pengetahuan dan pemikir islam. Tidak lama kemudian, Al-Kindi mengalami kemajuan pemikiran islam dan penerjemahan buku asing ke dalam bahasa arab, bahkan ia termasuk pelopornya. Bermacam – macam ilmu telah dikajinya terutama filsafat. Al-Kindi tidak banyak membicarakan persoalan – persoalan filsafat yang rumit dan yang telah dibahas sebelumnya, tetapi ia lebih tertarik dengan definisi – definisi dan penjelasan kata – kata serta lebih mengutamakan ketelitian pemakaian kata – kata dari pada menyalami problem – problem filsafat.[6] Bagi Al-Kindi filsafat merupakan pengetahuan tentang yang benar, di sinilah terlihat persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yiang benar dan apa yang baik, filsafat itulah pula tujuannya.[7]
Tuhan dalam filsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakekat dalam arti aniah (juz`i) atau mahiah (universal). Tidak aniah karena tuhan tidak termasuk dalam benda – benda yang ada dalam alam, bahkan ia adalah pencipta alam. Selain itu, tuhan juga tidak mempunyai hakekat dalam bentuk mahiah, karena tuhan tidak merupaka genus atau spesies. Tuhan adalah yang benar pertama dan tunggal, hanya ialah yang satu, selain dari tuhan mengandung arti banyak. Sesuai dalam paham yang ada dalam islam, tuhan bagi Al-Kindi adalah pencipta dan bukan penggerak pertama sebagaimana pendapat Aristoteles. Alam bagi Al-kindi bukan kekal di zaman lampau tetapi mempunyai permualaan.[8]
Al-Farabi
Nama aslinya Abu Nasr Muhammad Al-Farabi, ia lahir di Wasij suatu desa di Farab tahun 870 M. sejak kecil, ia suka belajar dna ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa. Setelah dewasa ia mulai belajar filsafat dan ilmu logika ke Baghdad, dan ia pula belajar ilmu pengetahuan yang lain.
 Al-Farabi adalah seorang filofsof islam yang pertama dengan sepenuh arti kata. Ia telah dapat menciptakan suatu system filsafat yang lengkap dan memainkan peranan yang penting dalam dunia islam sehingga ia mendapat gelar “guru kedua” (al-mu`allim ats-tsani) sebagai kelanjutan dari Aristoteles yang mendapat gelar “guru pertama” (al-muallim al-awwal). Al-Farabi memiliki gelar tersebut karena banyak yang berguru kepadanya di antaranya Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan filosof – filosof lain yang datang sesudahnya.

Pada abad pertengahan, Al-Farabi menjadi sangat terkenal, sehingga orang – orang Yahudi banyak yang mempelajari karangan – karangannya dan di salin ke dalam bahasa ibrani. Sampai sekarang salinnan tersebut masih tersimpan di perpustakaan – perpustakaan Eropa.[9]
Ibnu Sina
Nama aslinya adalah Abu Ali Husein Ibnu Abdillah Ibnu Sina, ia lahir di Afsyana suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara tahun 980 M. orang tuanya berkedudukan sebagai pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Samani. Semenjak kecil ia telah banyak mempelajari ilmu – ilmu kedokteran, hokum, filsafat dan lain – lain.
Seiring dengan perkembangannya, Ibnu Sina dalam pemikiran filsafatnya, pemikiran terpenting yang di hasilkan Ibnu Sina ialah filsafatnya tentang jiwa. Menurutnya, ada tiga obyek pemikiran : Tuhan, dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari pemikiran tentang tuhan timbul akal – akal dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai wajib wujudnya timbul jiwa – jiwa dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudna timbul langit – langit.[10]
Ibnu Rusyd
Ia adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad ibnu Rusyd, lahir di Codova pada tahun 520 H. ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia. Ayahnya adalahl seorang hakim, dan neneknya yang terkenal dengan sebutan “Ibnu Rusyd al-jadd” adalah kepala hakim di Cordova.
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas terhadap filsafat Aristoteles. Ia memandang Aristoteles sebagai manusia sempurna dan ahli piker terbesar yang telah mencapai kebenaran yang tidak mungkin bercampur kesalahan, ia juga berkeyakinan bahwa filsafat Aristoteles apabila dipahami sebaik – baiknya tidak akan berlawanan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa di capai oleh manusia bahkan perkembangan kemanusiaan telah mencapai tingkat yang tertinggi pada diri Aristoteles sehingga tidak ada orang yang melebihinya. Dari itulah sehingga Ibnu Rusyd berusaha keras untuk menjelaskan pemikiran – pemikiran Aristoteles yang masih gelap dan memperbandingkannya satu sama lain. Oleh karena itu, ia hanya bermaksud mengabidkan hidupnya untuk menjelaskan filsafat Aristoteles dan pemikiran – pemikirannya yang sukar di pahami.[11]
Ibnu Rusyd menjelaskan filsafat Aristoteles neo-platonisme yang sukar dipahami tersebut. sehingga ibnu Rusyd terpengaruh dan ia mempunyai aliran filsafat sendiri. Dari alirannya filsafatnya, ibnu Rusyd mengatakan bahwa tiap muslimmesti percaya pada tiga dasar keagamaan yaitu: adanya tuhan, adanya rosul dan adanya pembangkitan. Hanya orang yang tidak pada salah satu dari ketiga dasar inilah yang boleh dicap kafir.[12]
Dengan demikian, filsafat islam berkembang melalui bangsa Yunani pada abad ke-8 M/ 2 H. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah – daerah islam (Siriah, Persia, Mesopotamia dan Mesir) melalui ekspansi Alexander Agung. Seiring dengan zaman dan waktu, pada masa Bani Abbasiyah kebudayaan Yunani berkembang semakin cepat terutama filsafat kerana orang – orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahannya. Dan pada zaman Al-Makmun melakukan penerjemahan naskah – naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa arab. Ketersediaan buku – buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan muslim untuk berkenalan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat. Dari wilayah – wilayah dari belahan timur tersebut terutama Baghdad, ilmu filsafat dalam islam  mulai berkembang luas.
Kemudian pada abad ke-4 H dengan dorongan dan bantuan dari pihak penguasa, terutama pada masa pemerintahan khalifah Hakam II (350-366 H/ 937-953 M) di Andalusia Spanyol, filsafat islam belahan timur baru masuk secara besar – besaran ke dunia islam belahan barat tersebut (Spanyol). Berkembangnya ilmu filsafat di dunia islam ini pada akhirnya telah melahirkan sejumlah filsof terkenal dari kalangan muslim. Meraka antara lain  Al-Kindi, Ar-Rozi, Al-Farabi, Ibnu maskawaih,Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Mereka memanfaatkan materi filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aritoteles, Pitagoras, Demokritos dan Plotinus, serta berpegang teguh pada ajaran Al-quran dan Al-hadits Rosulullah SAW.
 Dari semua pemikir islam, kebanyakan belajar dari filsafat Aristoteles, oleh karenanya banyak pemikir islam yang sepaham dengan ajaran Aristoteles dan kemudian di sandarkan pada agama islam.


[1] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), halm.435
[2] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), halm.435 - 436
[3] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat, (Surabaya : Sunan Ampel Press, 2012), halm. 6-10

[5] http://ulielambry.wordpress.com/ Sejarah Munculnya Filsafat Islam, Posted: 14 Februari 2012 in Article

[6] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), halm. 440 - 443
[7] Muzairi,M.Ag, Filsafat Umum, (Yogyakarta : Teras, 2009), halm. 109
[8] Ibid, halm. 109-111
[9] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), halm. 445 - 455
[10] Muzairi,M.Ag, Filsafat Umum, (Yogyakarta : Teras, 2009), halm. 112-115
[11] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), halm. 503-505
[12] Muzairi,M.Ag, op.cit, halm. 122

Klik Dibawah Ini Untuk Menambah Wawasan Anda
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
Share this article :

إرسال تعليق

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ilmu ngawor tepak - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger