Sistem Pendidikan Pada Masa Dinasti Abbasiyah

الأحد، 3 مارس 20130 komentar



Sistem Pendidikan Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Pada masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ ar-Rasyidun, telah berkembang beberapa lembaga pendidikan Islam, seperti Dar al-Arqam, Masjid, Suffah, dan kuttab. Dar’ ar-Arqam adalah rumah seorang sahabat yang bernama al-Arqam, yang oleh Rasulullah SAW dijadikan tempat untuk menyampaikan ajaran agama Islam kepada para sahabatnya.
Dalam Islam, masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu pengetahuan. Bahkan pada masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ ar-Rasyidun, masjid berfungsi sebagai fasilitas sosial dan politik. Masjid digunakan untuk menyelesaikan permasalahan individu dan masyarakat, menerima duta-duta asing, melakukan pertemuan-pertemuan di antara para pemimpin Islam, untuk bersidang memutuskan suatu perkara, dan lain sebagainya.
Suffah adalah rungan atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Model pembelajaran di suffah sudah mirip dengan sekolah, karena pengajaran dilakukan secara teratur dan sistematis. Masjid nabawi, misalnya, mempunyai suffah  yang digunakan untuk majlis ilmu.
Kuttab sebenarnya telah ada sebelum agama Islam dating. Bangsa Arab mendirikannya untuk mendidik anak-anak mereka. Pada masa Rasulullah SAW, kuttab dijadikan sebagai tempat kaum muslimin belajar membaca dan menulis. Beliau meminta sahabat yang pandai baca-tulis untuk menularkan ilmunya kepad akaum muslimin secara sukarela.
Add caption
Keempat model lembaga pendidikan ini terus berkembang hingga pada masa Dinasti Umayyah. Memasuki periode Dinasti Abbasiyah, barulam muncul model-model lembaga pendidikan baru yang lebih modern, mengikuti kebutuhan dan perkembangan zaman.
Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah seiring dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan. Lahir pula lembaga-lembaga pendidikanseperti perpustakaan (dar al-kutub), observatorium dan rumah sakit, masjid khan, serta ribat dan zawiyah, dan madrasah. Kelima lembaga pendidikan inilah yang mengantarkan Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya.
Ø  Perpustakaan (Dar al-Kutub)
Perputakaan memiliki peran yang sangat besar dalam mengantarkan Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya. Perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat buku, tetapi juga sebagai tempat belajar-mengajar, saling bertukar informasi, dan berdiskusi.
Dalam rangka memajukan dunia pendidikan dan keilmuan, mulai dari khalifah, gubernur, hingga penguasa local pada masa Dinasti Abbasiyah mendirikan lembaga yang dinamakan Baitul Hikmah atau Khizanah al-Hikmah atau sawawin al-Hikmah. Lembaga-lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat penerjemahan, penulisan naskah, dan penerbitan buku. Banyak ilmuwan, guru, dan ulama yang mengabdikan dirinya bagi perkembangan ilmu pengetahan di Baitul Hikmah.
Selain perpustakaan, ada pula yang disebut dengan mahal al-waraqah, yang secara harfiyah dapat diartikan sebagai tempat kertas. Pada masa itu mahal al-waraqah berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban. Aktivitas utamanya adalahmembuat naskah dan menulis kaligrafi buku.
Ø  Observatorium dan Rumah Sakit
Pada masa Dinasti Abbasiyah, observatorium dan rumah sakit digunakan sebagai tempat penelitian dan pembelajaran, disamping tempat pengobatan. Para Khalifah, Sultan, dan Amir mendirikan observatorium dan rumah sakit untk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Di Baitul Hikmah dibangun observatorium untuk mentransformasikan sebagai ilmu pengetahuan klasik ke dalam dunia Islam. Salah seorang ilmuwan terkemuka yang ditunjuk oleh Khalifah al-Ma’mun untuk bekerja di observatorium adalah al-khawarizmi, seorang ahli matematika yang sangat brilian.
Ø  Masjid Khan
Masjid adalah tempat pertama yang digunakan oleh umat Islan untuk melakukan proses pembelajaran. Dalam perkembangannya, bangunan masjid ternyata tidak cukup untuk menampung orang-orang yang belajar. Proses pendidikan tidak maksimal, dan orang-orang yang sedang beribadah pun terganggu oleh banyaknya para penuntut ilmu.
Guna mengatasi meningkatnya jumlah para pelajar, penguas aDinasti Abbasiyah membangun ruang belajar disamping masjid. Selain berfungsi sebagai sarana belajar-mengajar, bangunan ini juga digunakan sebagai asrama bagi penuntut ilmu. Bagunan masjid yang dilengkapi dengan fasilitas belajar-mengajar inilah yang kemudian disebut dengan Masjid Khan.
Ø  Ribat dan Zawiyah
Secara harfiyah, ribat berarti benteng. Dalam perkembangannya, ribat yang semula adalah benteng menjadi tempat belajar-mengajar. Penggunaan ribat sebagai tempat belajar dipelopori oleh penganut tasawuf. Mereka menggunakan ribat sebagai tempat untuk menjahui kehidupan duniawi dan berkonsentrasi dalam ibadah.
Di dalam ribat biasanya tingal seorang syekh yang terkenal dengan kesalehan dan ketinggian ilmunya. Para penuntut ilmu biasany akan berbondong-bondong mendatangi ribat yang memiliki seorang syekh terkenal. Ditempat ini mereka akan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tasawuf.
Ø  Madrasah
Madrasah adalah hasil evolusi dari Masjid Khan sebagai lembaga pendidikan dan pusat ilmu pengatahuan. Masjid Khan dipandang tidak mampu lagi menampung jumlah murid yang menuntut ilmu. Betapapun besarnya,fungsi masjid Khal adalah sebagai tempat ibadah.
Kondisi tersebut mendorng lahirnya model lembaga pendidikan baru, yakni madrasah. Madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang lebih maju, yang dilengkapi dengan kurikulum yang lengkap. Bangunannya terpisah dari masjid, meskipun masih berada dalam lingkungan yang sama.
Madrasah dianggap sebagai solusi atas terjadinya konflik antara kepentingan pendidikan dan ketenangan beribadah.
Madrasah dengan cepat berkembang dalam dunia Islam. Perkembangan ini didorong oleh beberapa factor. Pertama, munculnya halaqah-halaqah (lingkaran belajar) dimasjid-masjid untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Dalam prosesnya, pembelajaran seperti ini sering kali diwarnai oleh diskusi dan perdebatan yang dapat menganggu orang yang sedang beribadah. Oleh karena itu, munculah ide untuk memindahkan halaqah-halaqah itu keluar masjid.
Kedua, dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum, maka diperlukan ruang belajar yang lebih besar untuk menampung murid-murid.
Ketiga, perkembangan pesat ajaran Syiah pada abad ke-4H. melalui gerakan politik dan ilmu pengetahuan, Syiah berkembang diseluruh penjuru dunia. Mereka secara aktif dan sistematis menyebarkan ide-idenya melalui lembaga-lembaga pendidikan. Kondisi ini mendorong kelompok Sunni mendirikan madrasah-madrasah yang oleh ulama fikih digunakan sebagai tempat mengembangkan sekaligus mempertahankan ajaran Sunni atau Ahlussunah wal Jamaah.
Keempat, ketika bani Saljuk menjadi kelompok yang paling berpengaruh dalam Dinasti Abbasiyah, mereka memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan masyarakat. Mereka membangun madrasah-madrasah untuk menarik simpati masyarakat agar kekuasaan mereka semakin kuat. Mereka melengkapi madrasah dengan fasilitas lengkap dan menggaji guru guru serta staf secara layak dengan menggunakan uang Negara.
Kelima, para penguasa mendirikan madrasah sebagai media “pencucian doasa dan pertobatan”. Dengan membangun madrasah mereka berharap mendapat ampunan dari Allah SWT. Mereka sadar bahwa mereka telah banyak melakukan kemaksiatan dengan kekayaan yang mereka miliki.

Klik Dibawah Ini Untuk Menambah Wawasan Anda
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
Share this article :

إرسال تعليق

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ilmu ngawor tepak - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger